INFO PARIWISATA
Home » EVENTS » Upacara Adat “Nyanggar” & “Babarasih Banua”

Upacara Adat “Nyanggar” & “Babarasih Banua”

Beragamnya kebudayaan dan tradisi di Kabupaten Kotawaringin Barat, merupakan sumber kekayaan daerah yang diwariskan oleh para pendiri dan para leluhur secara turun temurun. Salah satunya adalah Upacara Adat “Nyanggar” & “Babarasih Banua” yang telah menjadi tradisi bagi warga di daerah pesisir, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat ini.

Upacara adat “Nyanggar” & “Babarasih Banua” ini intinya adalah memohon kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa untuk keselamatan, ketenteraman supaya terhindari dari segala malapetaka yang akan menimpa kota Kumai dan sekitarnya. Upacara adat ini juga merupakan Upacara adat yang mengandung nilai-nilai spiritual, kegotong-royongan, kebersamaan tanpa membedakan perbedaan suku, bangsa dan agama, maupun status sosial.

Rangkaian Persiapan dan Pelaksanaan Upacara Adat “Nyanggar” & “Babarasih Banua”

Dalam pelaksanaan persiapan Upacara Adat ini dimulai dari :

  1. Pembuatan sanggar, yang nantinya digunakan sebagai sanggar tempat membuat perangkat-perangkat sesaji seperti Rumah Tiang Tunggal, Rumah Pemedangan, dll. yang juga sebagai tempat bagi kaum ibu-ibu memasak makanan dan kue-kue untuk perlengkapan sesaji.

    Sanggar tempat para pekerja membuat dan menyiapkan sesaji

  2. Pembuatan rumah tiang tunggal. Rumah tiang tunggal ini adalah rumah yang dibangun dengan satu tiang.
    Merupakan rumah adat yang akan menjadi pusat kegiatan, sekaligus tempat tinggal pelaksana yang akan memimpin Upacara adat.
  3. Pembuatan Pentas Tradisional. Pentas inilah yang akan digunakan sebagai pentas kebudayaan tradisional dalam menyajikan budaya daerah selama prosesi adat ini berlangsung. Diantaranya adalah Tirik, Jipen, Rudad, Pencak Silat, dll.

Adapun perangkat / peralatan yang akan dibuat sebagai perlengkapan sesaji adalah :

  1. Rumah Tiang Tunggal
  2. Rumah Pemedangan
  3. Balai Tujuh
  4. Lancang
  5. Beraneka macam wadai (kue) sebanyak 41 jenis (7 biji per 1 jenis kue)
  6. Seekor kambing
  7. Tujuh ekor ayam  untuk tujuh tempat

Lancang berupa miniatur, tempat sesaji berupa 41 jenis wadai (kue)

Puncak pelaksanaan Upacara adat “Nyanggar”

Setelah pembuatan perangkat-perangkat dan isi sesaji selesai dibuat, maka pelaksana akan memerintahkan kepada pekerja untuk menyiapkan sesaji untuk penyerahan sesaji ke tempat-tempat yang sudah ditentukan. Dalam rangkaian kegiatan Upacara adat ini, acara penyerahan sesaji dilakukan dengan menggunakan iring-iringan perahu-perahu pengantar sesaji ke tempat yang telah ditentukan, yaitu :

  1. Sei. Nyirih (Rumah Tiang Tunggal)
  2. Sei. Tendang (Lancang)
  3. Sei. Panggung (Lancang dan dilanjutkan dengan pemotongan kambing)
  4. Sei. Kapitan (Lancang)
  5. Sei. Sekunyir (Rumah Pamedangan)
  6. Sei. Pasir Panjang (Rumah Balai Tujuh)
  7. Melepas/melabuhkan perahu (Antara sei. Pasir Panjang ke Muara)

Dan disepanjang perjalanan iring-iringan perahu pengantar sesaji ini, dimeriahkan dengan adanya adegan perang-perangan saling lempar melepar dengan menggunakan ketupat yang berisi ampas nyiur antara iring-iringan perahu dengan para penonton yang berada di sepanjang alur sungai yang dilewati.

Pengunjung, penonton dan wisatawan turut mengantarkan sesaji ke dermaga untuk dibawa menggunakan kapal

Demikian dalamnya makna dari upacara adat tersebut, sehingga dirasa perlu untuk melestarikan Upacara adat “Nyanggar” & “Babarasih Banua” agar tidak punah dan dapat diketahui oleh generasi-generasi selanjutnya, dan juga merupakan salah satu aset Wisata Daerah yang patut kita lestarikan bersama.

*one

About Admin

Leave a Reply