Kyai Gede adalah salah satu nama yang tidak asing lagi terutama bagi wisatawan religi yang selalu mencari tahu keberadaan sesuatu yang menarik untuk dikunjungi seperti makam para raja, makam para ulama dan lainnya. Mengingat nama Kyai Gede tentu tidak dapat dipisahkan sejarahnya dari kerajaan Demak, kerajaan Banjar dan khususnya kerajaan Kutaringin sebagai tempat pengabdian Kyai Gede terhadap wilayah kerajaan dan tugas mulia keagamaan sebagai penyebar agama Islam disana.
Kerajaan Kutaringin merupakan kerajaan Islam pertama yang berada di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Keberadaan kerajaan Kutaringin dimulai menjelang akhir abad ke-17, pada awalnya kerajaan ini berpusat di tepi sungai Lamandau namun kemudian mengalami perpindahan pusat kerajaan ke tepian sungai Arut. Dalam peta Sejarah, buku karangan Prof. Dr. Slamet Mulyana yang berjudul Nagarakartagama (1979 M) ada tercantum kota kutaringin sebagai kota di tepi sungai Lamandau.
Kerajaan Kutaringin awalnya berinduk ke kerajaan Banjar, karena Sultan Banjar yang ke-IV, Sultan Mustainubillah (1650 – 1678) mencari wilayah kerajaan baru untuk memberikan peran kepada Putranya sebagai Pemimpin. Sebagai seorang raja, tidak serta merta langsung menunjuk suatu tempat, tetapi Sultan Mustainubillah memilih mempersiapkan tempat untuk membuka sebuah kerajaan baru. Untuk persiapan itu maka dipilihlah Kyai Gede untuk melaksanakan titah sang Raja.
Sebelum mengabdi di kerajaan Banjar, Kyai Gede adalah seorang Panglima perang di kerajaan Demak, tetapi karena tidak sepaham dengan Raja Demak ketika itu dalam hal strategi perang, maka dikeluarkan ia dari kerajaan Demak bersama tidak kurang dari 40 orang pengikutnya. Di kerajaan Banjar terlihat kemampuan Kyai Gede ini bukan saja masalah agama, tetapi masalah perang dan strateginya dikuasainya dengan baik. Akhirnya Kyai Gede-lah yang ditugas ke wilayah kerajaan baru yang akan dibangun, disamping sebagai penyebar agama Islam.
Diperkirakan sekitar tahun 1655 M adalah tahun awal Kyai Gede menjalankan tugas ke wilayah yang menjadi kerajaan yang nantinya dikenal dengan nama kerajaan Kutaringin. Sesuai yang ditugaskan oleh Sultan Mustainubillah, yang dilakukan Kyai Gede setelah menemukan wilayah baru tersebut adalah penyebaran agama Islam. Dengan waktu cukup lama menyusuri Sungai lamandau ke arah hulu sampai ke tempat yang sudah ada penghuninya lebih dulu (Suku Dayak). Penduduk yang sudah ada ini ada pimpinannya yang disebut dengan Domung Tujuh. Kepemimpinan Domung secara Kolektif. Seiring waktu Pengikut Kyai Gede semakin banyak Kyai Gede lalu mendirikan sebuah Masjid yang kemudian dikenal dengan nama Masjid Kyai Gede.
Karena kepiawaiannya dalam hubungan dengan masyarakat dan dipandang mampu dalam bidang pemerintahan, maka Kyai Gede oleh Raja Pangeran Adipati Antakusuma diangkat menjadi Mangku Bumi. Jabatan Mangku Bumi merupakan jabatan yang strategis di kerajaan. Jadi Kyai Gede bukan saja sebagai seorang Ulama dan penyebar Agama Islam di kerajaan Kutaringin, tetapi Kyai Gede juga sebagai seorang Petinggi Kerajaan.
Penulis : Drs. H. Gusti Imansyah, M.Si
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kotawaringin Barat